%PDF-1.5 %âãÏÓ 224 0 obj<> endobj xref 224 9 0000000016 00000 n 0000000765 00000 n 0000000476 00000 n 0000000885 00000 n 0000001010 00000 n 0000001298 00000 n 0000001387 00000 n 0000001979 00000 n 0000926287 00000 n trailer <<9d14425128e2754080eba43cc079af2a>]>> startxref 0 %%EOF 226 0 obj<>stream xÚb```a`` a`b`*Šda@ FV ,Gˆ·ëríže3³00HHq�øÃÄÏöhb¹¶i±«ÿ4†ò²¶kŸÕÚ§M I½^|§öÿÿŒ}-+s²çsœ*YÛ 7’$C€ê]¦Gi6 ›tS à Æ`ˆc g˜~§…(•aÓ^iF Öâp†é‰Â@š™��Õ®*ŠazZ<�Îe`(S… 7CBî endstream endobj 225 0 obj<> endobj 227 0 obj<>/Font<>>>/DA(/Helv 0 Tf 0 g )>> endobj 228 0 obj<>/XObject<>/Subtype 232 0 R/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI]>>/StructParents 0>> endobj 229 0 obj<> endobj 230 0 obj<>stream H‰Œ”Kk1…÷‚ümº•¥ûÐŒÁžC±]˜Eº2m ‹@( ýÿTWãLf$SŠ±6s?�s�®´¹|ÿ£·ÛÍS÷Øk«w»Cß=¨/ºÛŸÎ§ëåøx:^Ço—Á^Çáy<ŸÔoʼn X-¿HÎø¨±vZ^ÞÔæüã•uÿK}U‡Q¡ßUù4¾¨Í5ƒa=þT®làtðÆFí�Ï5ojË–˜� „e ²îôøZø¬¸æÉĨ9o`â‘#1õ`?9»æ²‚t! Ð,\äŽÔeɸ’e2v%Ëâ—Ýl;3‰zãq)›Ö$4C7PºLY&¾’ô&Ú¼Æ�N‰À°ƒ¸îѹd „âÍ¥O>ÿ¶rX‚<˜äÝR‹êƬñ”˃HJy@˜²ÁÆk‰�ƒ%–Om`ôn-Æ&öy¬q~‘íýÑ>µ|5{‹jÀø9<ÿåÙÉ.°xvœ'†(o ¥F$;è[ *Ighdgâ4¬ž(ÍÓÝbLs1`€6ªÒHÒÒÜ•w¯TMX™,DžO¯•i� äÜo7' MÃÿQ`åFÊža:Õp¸—k•�‹QnÉ)úÇ;Põä·B¾–Ù-ZÔ@¡òÏÖŠLìÔÁ½¦WJ”œ±T ÛmâV©N b–ù��X�aTjxÊïô_ + *Å endstream endobj 231 0 obj<>stream ÿØÿà JFIF ,, ÿÛ „ ' .)10.)-,3:J>36F7,-@WAFLNRSR2>ZaZP`JQRO&&O5-5OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOÿÄ¢ } !1AQa"q2�‘¡#B±ÁRÑð$3br‚ %&'()*456789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyzƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚáâãäåæçèéêñòóôõö÷øùú w !1AQaq"2�B‘¡±Á #3RðbrÑ $4á%ñ&'()*56789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyz‚ƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚâãäåæçèéêòóôõö÷øùúÿÀ ³ °! ÿÚ ? ÜS“ž”`‡â¾õл}úÒ�sCÔ`zóùÒ÷â� 0)N)m'¥0sK�{RG4É å¤#¥ E .8ö¤Å )ëÍ&yâ€Û'j Jiœh€Ã`ý)Ü`b†!r:Òg4€ÓŠCš(ÉúÒ€G¥! Ž=¨=9æ˜ É AÖ�Š){P&®{ÑŒõ uâ”i0Þ�ë@„$g�Œs@Î)1ƒ@sŽ´€ f�Þ�{ i¥¿J@õ¥F£ñ Í‘�@ øÒä“Ö€ÑÐc ð¥úu =ºš Z=é fƒÓ‘L“<ç½ =iÝ2(`'Z:v =zÒ~ ¿�(Ï4€CÍF:Š )Ýz78<Ð}èphÆh §g(g8“©ÁçÞ€Òô8 Ÿ/8Í QG `cŠ3@~(? )ú~‡Þ€9véÅʌЂ1IúR½½h'å Bõ=©sé@ÄÀ?�)çµ %(ãÞ˜ 4g'4€3ÅÀ?•.êB¾ÔŸÎ€¥ý( úÒôúÐn àŒÐ1=òM(<ûÐߌR‘êh¹Å;$š ê) Bfƒ×¥Žôq@€ò(è ˜ ô õéKœš Nþ”¾´ ‡Î(ÎGZ`-© ™ÀÇjqLç4à(`!Z3ùRô4£#1ŠNF&qÖ�ƒ�ÄÐ:tÅ0÷¼÷ aÔç¥ `z QÅ&sÍ!ÉéJ8ö ÈíAÁ¦yíJ§'“@À¦±#¥¹È Ž(´¼æ�ˆ¤ÁÍ0Æ4ÓÛÒ„…!<БŽ)01Ö€ž}¨40qèhçðô 4„“@ƒ�œRô(8õâ�ðs@ÀŽiN ¨â�ó@ ëN:SN( èÔ¼dç¥ `:QÛÞ€4rhFy¤=
%PDF-1.4 %âãÏÓ 458 0 obj<> endobj xref 458 16 0000000016 00000 n 0000001900 00000 n 0000000616 00000 n 0000001984 00000 n 0000002117 00000 n 0000002293 00000 n 0000002906 00000 n 0000003449 00000 n 0000003485 00000 n 0000003531 00000 n 0000003771 00000 n 0000004017 00000 n 0000004094 00000 n 0000004956 00000 n 0000007626 00000 n 0000007725 00000 n trailer <<7c632262df7e0c42a623d0f785214782>]>> startxref 0 %%EOF 460 0 obj<>stream xÚäTíK[g?÷%7WÉÛÕÔÞ®q$7¾S‡š¤D&ë�$m”¶8g¤…án‡ Ê,Ä®]z]ÌÆtRÅÁj©Š2û° nXMéÄAs~Cae›Ž±ë>ì<7Ñvývá>÷<ç9çü~çwï= À Ћ .A!<¹ ÑÇ|<{±²¶‚A`e‹Jñ’‘µ¿W \ͳ��ö;–¹z»ÐCwB¸ÏV>ßÇÝ…GÉâw¨�áa‘*Jöîꧨj¹¼…=‘]K}InÚâÛ)«R²É®¨ZL3^ßQÿ%LŠßë‚px$¯‡:õ)LÑÉ#U ô/Àæϯ?ü&òVÃâ…Õô’©ýèÕ%é³”ÄÌÕ¯üXtod~§ô¶oÝkž¤^œt¾+�ÞMÚfZ>_cî¡ÌªãÓütô´\ÞÁƒ�È‘Ûtpòè3_GŒsô,T/èÏÁjxæ8tä=`\Y¸û»óÛí?~9V&D@dÇÕ×ò…í/Ú|ËwªZ{‡ºëÓ—Ç>i>{åóSÏu\™yTß>ËÙ¼Ö^›î,¯Ë«Ø¼76[Ÿ›£9=6[é]»ñÁO¾tï|wS2+¦èHÙÆùÈ1”AC4f«3ËJBÞC£ÀŸ9Ég‚¢¤7d^*Ãîh*àˆÙÜv%!J,¦$ë驘=²ÚŠóf[-±ƒJc´SŽ�¦H:zrG# ûEÌÄÕ€, Ý?$ïq|ÿ�ͳÒ0…NÖ»‘¿_D‹A2‘´‡YºøåÄÕí˜ü×M$l´&¼«1ïšÞh�ç1KÄ^7;ör$IÁLí _ÌÁl´E–-Êx�H¿S!ðGœ�j¸u¢sˆ�Ì¢¯Åsä3þXÁ4‰Ïøãô´Xb¶gN‚J•#††‘¹Oœ’É!†EöX6ïÎx7b‘¦éˆJi·–es Ù‰AнëÃMá‰ìi#ÑP”ˆ?àp¨sñ§�muDUÔPÓsЀ)Ž”ƒ¹_�j0K$ï6Ÿi4‘jDÞ–)‚xpƧ½/�É�[�¹ÞõuMÉÑ¢³ÉãA@ŽHìÈÃÛ•8ßšÈI„CŒã}ŸOÚŒÅù÷Y"`VÕhª‚ ,g{ñnø+¿éÀÄÎh~ïwq”úbv;Xܧ…áwÈãÀ°üâœáý‘ k+ ‚ðd ÐÀ¸\5 ø�,ûG~R@ꎿN!ûpa5—?pÇF¸+WE(ëJäËiPÚ"—‹x]*PV’ª™„(„U‚•²ý0î“a,ÅxB¸ÒÎ㸡�žv|P¥! $|íZ)KE`ýZ‚’UÈ!-9U� RîÂ0I[�²d�’„(“„®"r 5£™‚Ö]F¼!`¡vå¿c“HõÔ¤¥r;e²!�©Àø³= *‘™ð:” ôºÈK$”øž½(×-�¶JP#Þ•šŒ%`¢øäˆï1n&]°3®éê‰ËcÅ[/Dg˜ˆÈèvõJMòª®F§ÖÉo‡»+åɺãcY¾NÍéw�ª×¡âà…}Îo’—Š÷Kÿ 0 °ºùO endstream endobj 459 0 obj<> endobj 461 0 obj<> endobj 462 0 obj<>/Font<>/XObject<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageC/ImageI]/ExtGState<>>> endobj 463 0 obj<> endobj 464 0 obj<> endobj 465 0 obj[/ICCBased 471 0 R] endobj 466 0 obj[/Indexed 465 0 R 15 472 0 R] endobj 467 0 obj<> endobj 468 0 obj<> endobj 469 0 obj<> endobj 470 0 obj<>stream H‰´UÁv«6Ýó³Ä=µ" �`©<»„ØÆ.ÈÝät¡SBHŠíóÎûûŽ‰çµ§‹Ö>ƲŽš™{g¸JKõÞ»ÖÞ•Öè?<Æ�â¿â�Ðd"HÑ tëQ¨ñ£ïíå›çÃD?Z¤‘IbV‰$âE@b1â ¥4pŃ�e¡n3•ƒž/ò¬„Í
Dokumen tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengertian, parameter kualitas, dan pengolahan limbah cair. Di antaranya membahas tentang pengetahuan tentang limbah cair dari pertambangan, pengujian pH limbah, faktor yang mempengaruhi kualitas limbah industri, parameter BOD dan COD, tanda kualitas buruk sungai penerima limbah, dan proses pengolahan fisika seperti filtrasi.
Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu kegiatan/usaha industri yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya. Karakteristik dari limbah cair di bagi menjadi 3, yaitu karakteristik limbah cair fisik, kimia dan biologis.
a. Total Solid (TS) merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupun anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS) merupakan total padatan tersuspensi di dalam air
c. Warna , pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu– abu menjadi kehitaman.
d. Kekeruhan disebabkan karena ada partikel koloid yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan industri, protein dan ganggang yang terdapat dalam limbah.
e. Temperatur merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air selanjutnya untuk berbagai aktivitas sehari – hari.
f. Bau merupakan parameter yang subjektif. Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti Sulfida dan Amoniak.
2. Karateristik Kimia
a. BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dipergunakan untuk menguraikan bahan organik oleh mikroorganisme. (secara biokimiawi). Pada pengujian sampel BOD perlu dilakukan inkubasi minimal 5 hari.
b. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi. Metode analisa ini lebih singkat waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran COD dilakukan dengan cara memanaskan sampel di dalam reaktor khusus COD selama 2 jam.
c. Dissolved Oxygen (DO) adalah kadar oksigen terlarut. Oksigen terlarut digunakan sebagai derajat pengotoran limbah yang ada. Semakin besar oksigen terlarut, maka derajat pengotoran semakin kecil
d. Ammonia (NH3) adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan berupa senyawa ion ammonium atau ammonia. tergantung pada pH larutan
e. Derajat keasaman (pH) dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. Ph normal untuk kehidupan air adalah 6– 8.
f. Logam Berat, bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
g. Gas Methan, terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar
h. Lemak dan minyak , yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi dan proses perebusan. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
a. Virus menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent) pengolahan air.
b. Vibrio Cholera menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera.
c. Salmonella Spp dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan limbah.
d. Shigella Spp adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.
e. Basillus Antraksis adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan.
f. Mycobacterium Tuberculosa adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium.
Sedangkan untuk pengolahan limbah cair industri itu sendiri dapat dilakukan menjadi 3 tahap, yaitu :
Pengolahan secara fisika dilakukan pada limbah cair dengan kandungan bahan limbah yang dapat dipisahkan secara mekanis langsung tanpa penambahan bahan kimia atau tanpa melalui penghancuran secara biologis
Pengolahan secara kimia merupakan proses pengolahan limbah dimana penguraian atau pemisahan bahan yang tidak diinginkan berlangsung dengan adanya mekanisme reaksi kimia (penambahan bahan kimia ke dalam proses)
3. Pengolahan biologis
Pengolahan secara biologi merupakan sistem pengolahan yang didasarkan pada aktivitas mikroorganisme dalam kondisi aerobik atau anaerobik ataupun penggunaan organisme air untuk mengabsorbsi senyawa kimia dalam limbah cair.
Industri Tahu, Kualitas Air, Limbah Cair, Pola Renang, Tingkah Laku Ikan
Limbah cair industri tahu akan berpengaruh terhadap badan air apabila langsung dibuang tanpa dilakukan pengelolaan terlebih dahulu, dan menyebabkan masalah terhadap kualitas air dan kehidupan biota akuatik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak konsentrasi limbah cair industri tahu terhadap kualitas air, pola renang dan tingkah laku ikan. Penelitian dilakukan dengan uji coba di Laboratorium menggunakan akuarium dan dianalisis secara deskriptif. Adapun perlakuan yang dicobakan adalah limbah cair tahu dengan konsentrasi 0%; 0,4%; 0,6%; 0,8%; 1,0% dan 1,2% dari volume air 10 liter. Setiap akuarium diisi ikan sebanyak 24 ekor dengan ukuran 4-5 cm. Metode Pengamatan dilakukan selama 96 jam. Hasil pengukuran kualitas air pH, DO, CO2, COD, TSS dan H2S melebihi standar baku mutu, sedangkan suhu, BOD5 dan amoniak masih dibawah standar baku mutu. Tingkah laku ikan bergerak menghindari limbah, perilaku bergerombol sedangkan pola renang ikan berenang dipermukaan, berenang tidak beraturan, pola renang berubah dengan posisi berdiri. Konsentrasi limbah cair tahu 0,4%; 0,6%; 8%; 1,0% dan 1,2% berpengaruh terhadap pola renang dan tingkah laku ikan.
Tahu adalah adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Tahu juga merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Sebagian besar produk tahu di Indonesia dihasilkan oleh industri skala kecil yang sebagian besar terdapat di Pulau Jawa. Industri tersebut berkembang pesat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia. Namun, di sisi lain industri tahu ini juga menghasilkan limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan.
Pada dasarnya, proses produksi tahu menghasilkan dua macam limbah yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pada umumnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Industri tahu membutuhkan air untuk melakukan proses sortasi, perendaman, pengupasan kulit, pencucian, penggilingan, perebusan, dan penyaringan. Kemudian, air buangan dari proses tersebut yang dinamakan limbah cair. Limbah cair industri tahu ini memiliki kandungan senyawa organik yang sangat tinggi. Tanpa proses penanganan yang baik, limbah tahu dapat menyebabkan berbagai dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau tak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar. Limbah cair yang dibuang ke perairan tanpa pengelohan terlebih dahulu juga dapat mengakibatkan kematian makhluk hidup dalam air termasuk mikroorganisme (jasad renik) yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan biologis dalam air.
Air buangan industri tahu rata - rata mengandung BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS, dan minyak/lemak berturut - turut sebesar 4583, 7050, 4743 dan 26 mg/l. Bila dibandingkan dengan baku mutu limbah cair industri produk makanan dari kedelai menurut KepMenLH No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk BOD, COS, dan TSS berturut - turut adalah 50, 100, 200 mg/l. Sehingga terlihat jelas bahwa limbah cair industri tahu melebihi baku mutu yang telah dipersyaratkan.
Masih banyak pabrik tahu di Indonesia yang tidak memiliki proses pengolahan limbah cair. Salah satu alasannya adalah caranya yang kompleks dan tidak efisiennya proses pengolahan limbah. Padahal limbah cair pabrik tahu memiliki kandungan senyawa organik tinggi yang dapat berpotensi untuk menghasilkan biogas melalui proses an-aerobik. Pada umumnya, biogas mengandung 50-80 % metana, karbon dioksida, H2S, dan sedikit air yang bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tanah dan LPG. Dengan mengkonversi limbah cair tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak hanya ikut serta berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan tahu. Selain itu limbah industri tahu masih bisa dimanfaatkan lagi dalam berbagai macam bentuk yang menguntungkan. Sebagai contoh, pemanfaatan limbah cair tahu menjadi nata de soya dan abon yang merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan berbahan baku ampas tahu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Nature Selengkapnya
%PDF-1.7 %âãÏÓ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> endobj 4 0 obj <> endobj 5 0 obj <> stream xµ[[oÜÆ}ç¯`“¥–2ºÜÞiA b5rí:\išØȃ�(�‡Àÿè7—sfÈ¡´‘ +“3ßå|÷áä·ü}þ[~¾û¢óÏ_reÿûòY©ªnÝ¿ÍzÌûZWS�þ5õ�·½}'?Í4TJ)�uŸ=üšŸê\çÿÉË?]çÿË¿{°,¶ÒÓµ®«ºÏOu3, ~,÷Qlºª�V)î‘*Ÿê¶©÷+puþð9ïðò3NM5Mµ\GOYзpß®~ 8µ¢½×(^í¡§UkEL%ü9/?–‡ëü$¶ÎËüí„¿:üÁ'\tU\gv׈i¡�%—umü27>åo/øVæ|5@¡»®©†n4¢çÎWî(zt„zRz"áEßOèµMSi5vyJo‹éSzbú~�Þ.}Û±øT“Ê'¦¯¾ñÆyÿ,wó]éëÌYó˾÷˯`Ô[ÿà/þ÷æ_Ø}sEg¸ùÑ=ÌJÐy·É|ÞŠ|Aõu¥'mtYÚlz½jªqèI•H £\Á¦‡&¯½r&•YW®ý¯ÆÂýÔ(]õyù5@û;Ðfƒßmºß„Gâ+S]W£ê'#¿÷e¨ÀŸ=Ÿ£ÿ-Ä¿ø¢�‹[Ñ"Q¦šú¾Äü¾ä®QPWHlïĺÑm¥j�}Åÿ€|Àò;¯Áß¼ŽD~ôr ªƒXÆ©xÆÖ"Úð5èð69D«ÎG>6_yrX‡}¤ôõ³àÑŒÎÉ-8 Ÿùçt(À[4ÊNZëj”@æÃ[£� ù¹;ypï#µˆsüÞÑ�ò2¼/ œ»ü³²Áî$r H$l ª(ïùXx#d%8€¦5¨QTz(šcÁ]4Êr‹7R¶©½Y1Ò©|˜ÁJ™Ä»/y�+Ñõ…QRz™t)À³^×NYlu F(;l ¥†º¾ƒŽ9²\‹c±34õ8UcS‹ðƒÏ¶^íòfC¥LC½V}ÕJ¦JèI¶…²P‡ŽI½ ÏÂÕ lH‡óAcÙDˆH8ª7²hC²Jòê¦R£´¥‰#äåd¨B¸B-±¡ËGÅmA¶I‘àÈœqÒ}Z¶è~ÌmÔß@Ó×CÕÆ¬à„”0AvüÛœß4$?,óEÑ9 _N°èQ{CŠHFIº.�³¤„±ô°4ÞÎÕ�ɦÌÇ!!wxʱÖàR4¯QVB)�\*1fš¾¥½M�i2ÞÅ~t…`§¤á[£'à<Ÿ^ð¶zX¤ Û�´‹Ûcâ ÄQxKªîX©²Òf³=��íT }+³á`Òq&Ó+ÒqÈ#+Æ?Ã|L¨°�oD&Š)†mÅ-› lŒ�Ä©÷(d%½‰²�:‘mÄE3Eƒ€!uðCƒ3Â@‘,(´QîSvqK<*x@#g nÀ39.¸…PFLä,Õ”81ìñÀŠ»ˆxš$?±s°ágž6*¢-]+ŽÆÝ,�¿¼ýñõ›}¡©u?T£—œDïEúÏ%eS«Hi×ýìŒy#ª#ó¶Ï醜Éï3%�˜ &=ºVÐ – rðH:¯mª]Bž¹”Å9¡/"9¯CãÐ{¢=x_§Òü“ðEdš–Jf¡rÞÄ;ñ¡*D#»§ÒqZ{ÜZ™•¾˜ûtæž%Ðá°¦½ð€©IZzG#ä1mr²LÃËõþÛ‘�r& ;P‚
Limbah tekstil (garmen) merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Limbah-limbah yang dihasilkan suatu industri tekstil ini akan dialirkan ke kolam-kolam penampungan dan selanjutnya dibuang ke sungai. Untuk memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut dibuang ke perairan, maka suatu industri tekstil harus memenuhi baku mutu air limbah sesuai dengan PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .
Tabel 1. Permen LH No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil
Beban pencemaran paling tinggi
Debit Limbah paling tinggi
100m3/ton produk tekstil
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton.
Gambar 1. Limbah Cair Industri tekstil
(Sumber: https://blogs.uajy.ac.id/ivann/2016/08/20/dibalik-warna-indah-kain-batik/)
Sumber Limbah Industri
Limbah dan emisi merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing- Pewarnaan (dyeing) mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amonia yang tinggi. Pihak industri pada umumnya masih melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan melakukan pengolahan limbah (treatment). Dengan membangun instalasi pengolah limbah memerlukan biaya yang tidak sedikit dan selanjutnya pihak industri juga harus mengeluarkan biaya operasional agar buangan dapat memenuhi baku mutu.
Air limbah yang dibuang begitu saja ke lingkungan menyebabkan pencemaran, antara lain menyebabkan polusi sumber-sumber air seperti sungai, danau, sumber mata air, dan sumur. Limbah cair mendapat perhatian yang lebih serius dibandingkan bentuk limbah yang lain karena limbah cair dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dalam bentuk pencemaran fisik, pencemaran kimia, pencemaran biologis dan pencemaran radioaktif.
Limbah tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri tekstil karena terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang di samping memerlukan bahan kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut. Industri tekstil merupakan suatu industri yang bergerak dibidang garmen dengan mengolah kapas atau serat sintetik menjadi kain melalui tahapan proses : Spinning (Pemintalan) dan Weaving (Penenunan).Limbah industri tekstil tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang merupakan senyawa kimia sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna tersebut telah terbukti mampu mencemari lingkungan. Zat warna tekstil merupakan semua zat warna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat tekstil dan mudah dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil (auksokrom).
Karakteristik Air Limbah Industri Tekstil:
Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika ini terdiri daribeberapa parameter, diantaranya :
a. Total Solid (TS): Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupunanorganik yang larut, mengendap,atau tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS): Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam airlimbah setelah mengalamipenyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.
c. Warna.: Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.
d. Kekeruhan: Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik.
e. Temperatur: Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.
f. Bau: Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.
2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).
c. Dissolved Oxygen (DO)
adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperature dan salinitas.
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia.tergantung pada pH larutan.
Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.
Fenol mudah masuk lewat kulit.Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian).
g. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme.Phnormal untuk kehidupan air adalah 6–8.
Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang dalam skala tertentu membantu kinerja metabolisme tubuh dan mempunyai potensi racun jika memiliki konsentrasi yang terlalu tinggi. Berdasarkan sifat racunnya logam berat dapat dibagi menjadi 3 golongan :
1. Sangat beracun, dapat mengakibatkan kematian atau gangguan kesehatan yang tidak pulih dalam jangka waktu singkat, logam tersebut antara lain : Pb,Hg, Cd, Cr, As, Sb, Ti dan U.
2. Moderat, mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih dalam jangka waktu yang relatif lama, logam tersebut antara lain : Ba, Be, Au, Li, Mn, Sc, Te, Va, Co dan Rb.
3. Kurang beracun, namun dalam jumlah yang besar logam ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan antara lain :Bi, Fe, Mg, Ni, Ag, Ti dan Zn .
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme terlarut dalam air seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton. Penentuan kualitas mikroorganisme dilatarbelakangi dasar pemikiran bahwa air tersebut tidak akan membahayakan kesehatan. Dalam konteks ini maka penentuan kualitas biologi air didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran.
Di sekitar pabrik pada umumya sungai digunakan untuk tempat pembuangan limbah, tanpa instalasi pengolahan limbah terlebih dahulu. Dalam kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan, tetapi air limbah industri harus mengalami proses pengolahan sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran. Dengan pengolahan tersebut limbah tekstil yang dibuang ke sungai di duga dapat mengurangi bahan pencemar.
Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam.DiIndonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.
PT Sumber Aneka Karya Abadi sebagai salah satu distributor alat laboratorium menyediakan alat-alat untuk mengukur parameter yang dibutuhkan Industri Tekstil dalam pengontrolan limbah cairnya.
Karena karakteristik limbah cair industri tekstil yang beragam seperti mengandung senyawa organik, sulfida dan logam berat, maka diperlukan elektroda yang memiliki performance tinggi di segala macam sampel seperti Thermo Scientific Orion 8172BNWP. Sedangkan untuk meter pengukur pH dapat digunakan Thermo Scientific Orion “VERSA STAR VSTAR90” Multiparameter Benchtop Meter.
BOD Sensor System 6 dari VELP atau BOD Trak II dari HACH dapat digunakan untuk mengukur nilai BOD berdasarkan metode manometrik.
Gambar 4. BOD Sensor System 6 Velp
Gambar 5. BODTrak II Apparatus
3. COD, Fenol Total, Amonia Total, Krom Total dan Sulfida
Hach DRB200 dapat digunakan sebagai reaktor untuk membantu analisa COD pada limbah industri tekstil. Untuk reaktor DRB200 ini tersedia single block maupun dual block. Kemudian untuk mengukur nilai COD beserta Fenol Total, Krom Total, Amonia Total dan Sulfida dapat digunakan spektrofotometer HACH (DR1900, DR3900 atau DR6000).
Gambar 6. DRB200 Single Block
Gambar 7. DRB200 Dual Block
Gambar 8. DR1900 Portable SPectrophotometer
Gambar 9. DR3900 Laboratory Vis Spectrophotometer
Gambar 10. DR6000 UV-VIS Spectrophotometer
Dwioktavia., 2011, Pengolahan Limbah Industri Tekstil. https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-industri-tekstil/.
Habibi, Islam. 2012. TINJAUAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL PT. SUKUN TEKSTIL KUDUS. SKRIPSI. Universitas Negeri Yogyakarta.
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .
http://www.in.dirtwave.com/inggris-tertarik-pada-usaha-baru-dalam-industri-tekstil-dan-garmen/